Senin, 03 Mei 2010

konservasi kayu

1. PEMBERSIHAN KERING

BAHAN DAN ALAT :
1. Sikat ijuk
2. Masker
3. Tangga
4. Perancah
5. Kain lap
6. Vacuum cleaner
7. Kuas
PELAKSANAAN :

1. Bersihkan debu atau kotoran yang menempel pada permukaan kayu atau kerangka atap. menggunakan peralatan yang telah disediakan secara perlahan-lahan dan hati-hati.
2. Kalau membersihkan dengan menggunakan vacuum cleaner.
3. Permukaan kayu yang di cat dan kondisinya masih bagus dibersihkan mneggunakan kain lap.
4. Pekerjaan tersebut hanya dikerjakan pada kayu yang tidak dig anti.
Lepas /cabut sisa-sisa paku atau barang-barang lain yang menancap


2. PEMBERSIHAN TRADISIONAL

BAHAN DAN ALAT :
1. Cengkeh
2. Tembakau paling ampek
3. Pelapah Pisang kering
4. Air
5. Ember
6. Sarung tangan karet
7. Masker
8. Perancah
9. Kain pel
PELAKSANAAN :

1. Siapkan bahan dan peralatan
2. Campur cengkeh ,tembakau, dan pelepah pisang dengan perbandingan 1 liter air 10 gram tembakau, 10 gr cengkeh dan 10 gr pelepah pisang diarkan selama 24 jam.
3. Celup kain dalam rendaman kemudian gosokkan dalam permukaan kayu hingga kayu betul-betul bersih secara berulang-ulang.

3. INJEKSI

BAHAN dan ALAT :
1. Epoxy resin ( epis, euroland, sika 752 )
2. Injektor atau spuit
3. Wax,was atau lempung.
4. Spatula/pengaduk
5. Tray/nampan plastic
6. Papan triplek
7. Paku kecil
8. Masker
9. Sarung tangan
PELAKSANAAN :

1. Siapkan bahan dan alat.
2. Campur bahan (epoxy resin dengan perbandingan sesuai spesifikasi campurannya, TDS (Teknical data sheet)
3. Apabila permukaan kayu dicat bersihkan kayu sehingga retakan kayu dapat terlihat dengan jelas.
4. Tutup retakan yang akan diinjeksi dengan wax atau lempung atau triplek yang diolesi paslin bila retakannya lebar.
5. Buat corong pada bagian atap retakan.masukkan bahan epoxy resin dengan injector atau spuit hingga rongga ruangan terisi penuh,setelah epoxy resin kering, kupas was/lempung atau lepas triplek hingga permukaan bekas retakan bersih.
6. Apabila retakan lebar usahakan kamuflase bekas retakan.

4. PENAMBALAN MENGGUNAKAN EPOXY RESIN / DEMPUL

BAHAN DAN ALAT :
1. Dempul/epoxy resin
2. Mill/serbuk kayu yang disaring 40 – 60 mesh tegantung kondisi
3. Triplek dan paku
4. Spatula
5. Tray
6. Sarung tangan
7. Masker
8. Peralatan pertukangan ( gergaji, palu )
9. Perancah bila tempatnya tinggi
PELAKSANAAN
1. Siapkan bahan dan alat
2. Tutup lubang dengan triplek yang diolesi paslin.
3. Sisakan rongga bagian atas untuk meuangkan bahan
4. Usahakan penutupan lubang agar tidak bocor
5. Campur bahan atau resin dengan serbuk kayu dan talk hingga menjadi pasta, tuangkan kedalam rongga yang akan diisi, tunggu epoxy resin kering selanjutnya triplek di lepas sebelum bahan mengeras/ dalam kondisi potlife.
6. Usahakan kamuflase bekas bagian yang di tambal

5. PENAMBALAN KAYU

BAHAN DAN ALAT :
1. Kayu yang sejenis
2. Bahan perekat kayu

PELAKSANAAN
1. Siapkan bahan dan alat
2. Siapkan bahan kayu
3. Siapkan bahan kayu dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan kayu yang dikupas
4. Rekatkan kayu dengan bahan perekat
5. Usahakan sambungan kayu asli dengan kayu baru serapat mungkin, kemudian pasha permukaan kayu hingga rata
6. Apabila kayu baru tidak sewarna dengan kayu asli usahakan kamuflase dengan cara antara lain : digosok dengan tembakau dan cengkeh, pelepah pisang.






6. PENGGANTIAN KAYU

BAHAN DAN ALAT :
1. Kayu yang sejenis (warna, serat, kualitas )
2. Alat pertukangan
METODE PELAKSANAAN
1. Kayu asli selama kekuatan konstruksi masih aman sebaiknya penggantian kayu dihindari, sedangkan komponen bangunan yang sebagian besar telah mengalami pelapukan diganti
2. Untuk penggantian kayu secara menyeluruh dilakukan tahapan sbb :
- Bongkar kayu yang akan diganti
- Periksa bagian yang rapuh dan periksa bagian yang akan diganti
- Bila yang rapuh lebih dari 50 % dan dari segi konstruksi membahayakan maka sebaiknya seluruh kayu diganti
- Bila yang rapuh kurang dari 50 % dan dari segi konstruksi tidak membahayakan maka sebaiknya di sambung.
- Sebelum kayu dipasang kembali bagian kayu yang rawan terhadap kapilerisasi air sebaiknya di beri lapisan kedap air. (dengan timah, dengan araldite, )
- Semprot seluruh permukaan kayu baru sebelum dengan anti rayap/ insectisida
Pasang kayu ke posisi semula



7. PENGAWETAN KAYU
BAHAN DAN ALAT :
1. Insectisida ( profoos, stedfas, termitom )
Proofos dan steadfast pelarut minyak tanah, ter
2. Sprayer
3. Masker
4. Kuas
5. Sarung tangan
PELAKSANAAN
1. Sebelum kayu diawetkan kecuali kayu baru harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran2 yang menempel (debu,cat )
2. Selanjutnya dilakukan pengawetan dengan sbb :
- Larutkan insektisida dengan konsentrasi yang sesuai dengan aturan pakai
- Semprotkan insektisida dengan srayer pada kayu bias juga dengan kuas
Kalau dengan sprayer efisien waktu, kalau dengan kuas efektif tapi kurang
3. Untuk kayu rapuh yang dikupas sebelum dikerjakan pekerjaan lebih lanjut sebaiknya diolesi dengan insektisida.
4. Untuk kayu yang didalamnya diduga ada serangga dan tidak dikupas, pengawetannya dengan cara kayu dibor lalu disuntik kedalamnya dengan insektisida tetapi kalau sudah ada lubang serangga, suntikkan langsung dimasukkan kedalam lubang kayu.









KONSERVASI BANGUNAN KAYU


Pelaksanaan

1. Persiapan sarana dan prasarana
a . Sarana :
 Peralatan tukang kayu
 Peralatan perekaman data
 Peralatan perawatan
 Bahan perawatan
b Prasarana
 Bangunan kerja
 Fasilitas kerja
 Fasilitas penunjang ( tangga,perancah dll )

Perawatan kuratif


a Perawatan tradisional
Sasaran : Lumut kerak ( lichen ), Anti serangga,jamur
Bahan : Cengkih, tembakau, pelepah pisang, air
Peralatan : Kain lap, Ember,
Prosedur : a. Rendam 10 gram tembakau + 10 gram
cengkih + 10 gram pelepah pisang dalam
1 liter air selama 24 jam
b. Gosokan air rendaman pada permukaan
kayu yang ditumbuhi jamur kerak
c. Keringkan dengan kain lap.


b. Perawatan moderen
1.Pembersihan


1.1 Pembersihan kering
Sasaran : debu , kotoran pada rangka atap
dan kayu kayu yang akan
ditreatmen
Bahan : Nihil
Peralatan : sikat ijuk,kwas,penyedot debu
sapu ijuk
Prosedur :
 Siapkan bahan dan peralatam
 Bersihkan kotoran dan debu yang menempel dengan sapu atau sikat ijuk dan kwas perlahan lahan
 Kemudian hisap dengan alat penyedot debu
 Selanjutnya gunakan kompresor ( bila diperlukan ) agar benar benar bersih

1.2. Pembersihan kimawi
2. Sasaran : Noda, Kotoran
3. Bahan : Pelarut organik ( Alkohol , Thiner , Tuluol )
4. Peralatan : Kuas, kain lap. ,masker ,sarung tangan
5. Prosedur : 1. Siapkan bahan dan peralatan
2. Oleskan bahan pada permukaan kayu
3. Gosok dan bersihkan dengan kain lap
4. Contoh.
Untuk noda spidol gunakan tuluol
Untuk noda cat gunakan thiner
Untuk kotoran kotoran lainnya gunakan
alkohol



SASARAN : PENGUPASAN CAT
BAHAN : NEOREVER , AIR , PH PAPER
ALAT : KWAS , MASKER , KAIN LAP , SPATULA
PROSEDUR :
1. SIAPKAN BAHAN DAN PERALATAN
2. OLESKAN BAHAN PADA PERMUKAAN CAT DAN TUNGGU BEBERAPA SAAT.
3. KUPAS CAT DENGAN SPATULA
4. ULANGI PROSEDUR NO 2 ,BILA BELUM BERSIH
5. BERSIHKAN PERMUKAAN KAYU DENGAN KAIN BASAH BERULANG ULANG HINGGA PH NETRAL

2 .Perbaikan
2.1 Perekatan/pengeleman

• Sasaran : kayu asli yang patah atau pecah (gempil)
dalam ukuran kecil.
• Bahan : lem epoxy thermosetting atau perekat
kayu.
Peralatan : spatula, tray,masker,sarung tangan
• Prosedur
1. Siapkan alat dan bahan
2. Campur lem
3. Olesken lem pada permukaan kayu yang akan disambung
4. Tunggu sampai kering
• Catatan : pekerjaan ini hanya dilakukan pada kayu yang tidak mungkin untuk diganti dengan kayu baru

2.2. Penambalan kayu

SASARAN : KAYU ASLI YANG SEBAGIAN TELAH RAPUH
BAHAN : KAYU SEJENIS KWALITAS BAIK , BAHAN PEREKAT
KAYU
ALAT : TRAY SPATULA, ALAT PERTUKANGAN KAYU
PROSEDUR ;
1. KUPAS KAYU YANG RAPUH.
2. SIAPKAN BAHAN KAYU DENGAN BENTUK DAN UKURAN SESUAI DENGAN KAYU YANG DIKUPAS
3. REKATKAN KAYU DENGAN BAHAN PEREKAT ( BAHAN PEREKAT DIINJEKSI BILA KAYU TAK DIBONGKAR )
4. USAHAKAN SAMBUNGAN SERAPAT MUNGKIN

2.3. Pengisian lobang / penambalan dengan epoxy resin
 Sasaran : Lobang dan bagian kayu yang rapuh
 Bahan : epoxy resin, mill , serbuk kayu
 Peralatan : tray,spatula,masker ,sarung tangan, alat
pertukangan kayu

 Prosedur
1. Siapkan bahan dan alat
2. Campur bahan perekat ( resin + hardener), kemudian campurkan dengan mill atau sebuk kayu
3. Tutup rongga dengan triplek yang diolesi paselin
4. Isikan bahan tersebut pada bagian yang berlobang
5. Biarkan bahan mengering dan mengeras dan triplek dilepas
6. Untuk lobang yang kecil bahan cukup diisikan /ditambalkan

2.4. Injeksi
Sasaran : Retakan kayu
Bahan : Epoxy resin,wax / lempung,triplek
Alat : Injektor/spet
Prosedur :
1. Siapkan bahan dan alat
2. Bila kayu dicat ,bersihkan cat sehingga retakan kelihatan jelas.
3. Tutup retakan yang akan diinjeksi dengan wax atau lempung ( bila retakan kecil ) atau triplek yang diolesi paslin( bila retakannya lebar )
4. Buatlah corong pada bagian atas untuk memasukkan bahan
5. Untuk retakan kecil bila perlu pada bagian atas ujung retakan dibuat lobang bor diameter 0,6 mm untuk memasukkan bahan.
6. Masukkan epoxy resin dengan injektor/spet per lahan lahan hingga rongga retakan terisi penuh.
7. Setelah epoxy resin kering kupas wax atau lempung dengan spatula hingga bersih


2.5 Penyambungan / penggantian kayu
Sasaran : kayu rapuh yang perlu diganti
Bahan : kayu sejenis kwalitas baik.
Alat : alat pertukangan kayu.
Prosedur :
Kayu aseli selama dari segi kekuatan masih kuat sebaiknya penggantian kayu diminimalisir, Sedangkan komponen bangunan yang kayunya telah mengalami pelapukan diganti dengan kayu baru yang kwalitasnya sama dengan kayu aseli, dengan cara disambung. Tahapan
1. Siapkan kayu pengganti
2. Potong bagian kayu yang rapuh /akan diganti
3. Bila yang rapuh lebih dari 50 % dan dari segi konstruksi membahayakan seluruh kayu diganti
4. Bila yang rapuh kurang dari 50 % dan dari segi konstruksi aman dilakukan penyambungan.

2.6. Penyelarasan warna ( kamuflase )

 Sasaran : bekas lobang, bekas injeksi.
bekas tambalan
 Bahan : epoxy resin, serbuk kayu
 Prosedur
1. Siapkan bahan dan alat
2. Campur bahan perekat ( resin + hardener ) kemudian campurkan dengan serbuk kayu
3. Oleskan bahan tersebut pada bagian yang akan dikamuflase
4. Taburkan serbuk kayu pada permukaan yang dikamuflase
KAMUFLASE
• KAMUFLASE MENGGUNAKAN RESIN + SEBUK KAYU + ZAT PEWARNA



3. Konsolidasi
 Sasaran : Kayu rapuh
 Bahan : Paraloid B72, Toluen
 Peralatan : injektor, kuas,beker glas
 Prosedur
1. Siapkan bahan dan alat
2. Campur Paraloid B72 dengan Toluen kadar (1 -2,5 %)
3. Masukkan atau oleskan bahan pada kayu yang rapuh menggunakan injektor atau kuas





4. Pengawetan
Sasaran :
Seluruh kayu setelah diperbaiki perlu diawetkan, termasuk sebelum dilakukan pengecatan
• Bahan :
Insektisida ( Stedfast kadar 1 % ), minyak tanah
• Peralatan : beker glass,kuas,sprayer
• Prosedur
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Larutkan insektisida dengan minyak tanah sesuai takaran
3. Oleskan atau semprotkan insektisida pada permukaan kayu yang telah dibersihan untuk mencegah serangan rayap.
4. Untuk bekas lobang rayap pengawetan diakukan dengan cara injeksi.
5. Pengawetan secara tradisional dapat juga dilakukan dengan menggosok permukaan kayu dengan rendaman air tembakau ,cengkih dan pelepah pisang ( baca slide didepan )
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DAN PELAPUKAN BANGUNAN KAYU



A. Pendahuluan

Bangunan benda cagar budaya yang terbuat dari bahan kayu banyak ditemukan di Indonesia dengan berbagai ragam bentuk dan fungsi seperti ; tempat peribadatan istana, masjid , rumah gadang , balai adat ,kantor , sekolah, rumah tinggi, omo hada . dan bangunan lain yang sejenis serta mempunyai nilai sejarah , ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Bangunan tersebut ada yang masih digunakan dan ada yang tidak digunakan lagi.
Pada umumnya ketahanan benda cagar budaya terhadap pengaruh factor lingkungan sangat tergantung pada jenis dan kwalitas bahan dasar yang digunakan dan factor lingkungan. Makin rendah kualitas bahan dasar yang digunakan makin cepat mengalami proses degradasi menuju pada proses kerusakan dan pelapukan yang akhirnya hancur total
Kayu termasuk katagori bahan organic yang bersifat higroskopis ( mudah menyerap air ) dan peka terhadap pengaruh kondisi lingkungan ( susceptible ). Dalam proses degradasi secara alamiah, bangunan cagar budaya terbuat dari kayu lebih cepat mengalami kerusakan bila dibandingkan dengan bahan anorganik seperti batu , keramik tem,bikar. Namum hal tersebut jangan diartikan bahwa bahan bahan anorganmik tahan total terhadap daya pelapukan. Bahan bahan anorganic juga melapuk tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dari pada bahan organik.
Sebagai tenaga pengelola yang bergerak dalam bidang pelestarian benda cagar budaya, kita harus memahami secara sekasama seluk beluk berbagai hal yang berkaitan dengan benda cagar budaya yang kita tangani, baik yang menyangkut pemahaman akan sifat sifat alami bahan dasar yang digunakan ( ilmu bahan ), agensia pelapukan / kerusakan dan mekanismenya, serta cara penanggulangan terhadap masalah yang dihadapi secara tepat guna dan berhasil guna. Hal ini dimaksudkan agar dalam penanganan tidak menimbulkan dampak negative baik terhadap benda yang ditangani maupun terhadap lingkungannya
Secara khusus makalah ini hanya dibatasi pada pembahasan masalah yang berkaitan dengan agensia pelapukan dan kerusakan benda cagar budaya bahan kayu. Tinjauan lainnya disampaikan secara terpisah oleh pemakalah ( nara sumber ) yang berbeda. Dengan harapan semoga dengan adanya bintek ini akan menambah wawasan dalam melestarian benda cagar budaya khusunya dari bahan kayu.

B. FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DAN PELAPUKAN KAYU
Berdasarkan atas sifat sifatnya, factor factor yang memacu proses degradasi bahan benda cagar budaya dari bahan kayu dapat dibedakan menjadi dua yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap kerusakan dan pelapukan benda meliputi: kualitas dan jenis bahan, tehnologi pembuatan/ struktur bangunan, letak/ posisi bangunan seperti sifat tanah dasar dan letak geografi.
Bangunan yang terbuat dari bahan yang kualitasnya jelek akan cepat mengalami kerusakan. Sedangkan jenis bahan akan berpegaruh terhadap keawetan bangunan, misalnya bangunan yang terbuat dari batu (candi) akan lebih kuat dari pada bangunan yang terbuat dari bata atau kayu pada kondisi lingkungan yang sama.
Sementara struktur bangunan yang dibuat dengan tehnologi yang cukup baik akan memberikan andil yang cukup besar terhadap daya tahan bangunan dari faktor kerusakan yang bersifat mekanis maupun fisik.
Sifat tanah tempat bangunan berdiri, juga mempengaruhi kelestarian material bangunan. Tanah yang mempunyai sifat rentan terhadap faktor air, daya dukungnya akan mudah menurun sehingga menyebabkan kondisi bangunan tidak stabil. Untuk mengeliminir faktor internal dapat dilakukan dengan cara pemugaran maupun konservasi.
Sementara faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kerusakan dan pelapukan material meliputi faktor fisis (suhu, kelembaban, hujan), faktor biologis (serangga mikroorganisme ), faktor kimiawi, bencana alam, dan faktor manusia. Suhu dan kelembaban yang tinggi dan selalu berubah-ubah setiap saat akan menyebabkan kondisi benda tidak stabil, yang akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya keretakan, pecah, melengkung dan sebagainya.
. Dari segi bentuknya , degradasi yang terjadi pada bahan bangunan kayu dapat dibagi menjadi dua yaitu kerusakan dan pelapukan. Kerusakan dan pelapukan mempunyai pengertian yang hampir sama.,akan tetapi secara teknis istilah tersebut dapat dibedakan. Yang dimaksud dengan kerusakan adalah proses perubahan yang terjadi pada benda cagar budaya yang tidak disertai dengan perubahan sifat sifat fisik maupun kimiawinya. Sedangkan pelapukan adalah perubahan yang terjadi pada benda cagar budaya yang disertai dengan perubahan sifat sifat fisik ( disintegrasi ) dan perubahan sifat sifat kimiawinya ( dekomposisi ). Pada dasarnya mekanisme kerusakan dan pelapukan kayu adalah sebagai berikut ;



1. Faktor internal
Didepan telah dikemukan bahwa ragam bentuk dan fungsi bangunan cagar budaya kayu di Indonesia bermacam, jumlahnya hampir 350 buah Dari sekian banyak bangunan tersebut perencanaannya tentu tidak sama Untuk bangunan yang merupakan pusat budaya setempat seperti istana, kraton , rumah raja gedung dalam perencanaan asli (teknologi pembuatan ) mungkin telah mendekati sempurna, karena melibatkan sumberdaya daya manusia yang terampil dan mempunyai pengetahuan dalam bidang pemilihan kualitas kayu,dan konstruksi. Berbeda dengan rumah rumah adat , cungkup, rumah tinggi mungkin dibangun dengan pengetahuan dan bahan yang terbatas . Dari dua gambaran ini jelas bahwa factor perencanaan aseli sangat berpengaruh terhadap proses kerusakan dan ketahanan bangunan Meskipun perencanaan telah sempurna tetapi dengan adanya perkembangan waktu dari dulu sampai sekarang , ada factor lain yang tidak diduga sebelumnya. Misal mengenai tanah dasar yang dulu telah diperhitungkan kuat , tetapi pengaruh lingkungan yang kurang tertata bisa menyebabkan kerusakan bangunanan. Contoh lainnya adalah adanya perubahan iklim yang dulu dalam perencanaan telah diperhitungkan aman , waktu sekarang malah sebaliknya. Lebih lebih bangunan tersebut telah lama berada dialam terbuka, sangat rentan terhadap perubahan .
Semua benda yang ada di alam terbuka tidak ada yang bersifat abadi, cepat atau lambat akan mengalami proses pelapukan.Kecepatan proses pelapukan yang terjadi sangat ditentukan oleh sifat alami benda. Demikan halnya dengan bangunan kayu, rasio kekuatan bahan lama kelamaan akan menurun. Turunnya rasio kekuatan tersebut secara internal dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya gaya statis , sehingga bagian bangunan yang menumpu beban diatasnya akan mengalami kelelelahan. Selanjutnya adanya gaya dinamis yang berupa gerakan atau getaran yang ditimbulkan benda lain misalnya gempa bumi dapat menyebabkan rasio kekuatan kayu akan menurun dan kondisi bangunan akan rusak.
Sifat fisika – mekanika- dan kimia kayu . Sifat fisika yang terpenting adalah kadar air, berat jenis ( kerapatan ) dan nilai penyusutan kayu dan juga umur kayu ( pohon ) karena hal ini akan menentukan kekuatan kayu.Sifat mekanik kayu biasa disebut kekuatan atau keteguhan kayu. Sifat ini berkaitan dengan kemampuan kayu dalam menahan beban yang diberikan. Sifat kimia kayu sangatlah komplek selain mendukung sifat kekuatan kayu,juga sangat membantu sifat alami keawetan kayu tersebut yaitu adanya zat ektratif yang terkandung didalamnya. Kayu kayu dengan sifat fisika , mekanik dan kimia yang rendah akan mempercepat penurunan rasio kekuatan kayu , demikian halnya sebaliknya.
Jenis kayu yang digunakan untuk bangunan juga berpengaruh terhadap menurunnya rasio kekuatan,Kayu dengan kadar ekstratif bersifat racun tinggi, secara alami mempunyai sifat keawetan ( ketahanan terhadap pengaruh eksternal) yang baik. Kelas awet kayu I dan II memadai dalam penggunaan kayu untuk bahan bangunan. Kayu dengan dengan kelas awet I – II mempunyai ketahanan terhadap kelembapan lingkungan , tidak mudah diserang rayap dan bubuk kayu serta pada penggunaan yang berhubungan dengan tanah.
Sementara struktur bangunan juga akan memberikan andil terhadap menurunnya rasio kekuatan . Bangunan kayu yang dibuat dengan tehnologi tinggi akan mempunyai daya tahan yang cukup besar terhadap kerusakan yang bersifat fisis maupun mekanis, sehingga rasio kekuatannya tidak cepat menurun , berbeda dengan bangunan yang dibuat dengan tehnologi pas pasan rasio kekuatannya akan cepat menurun. Selain itu sifat tanah tempat bangunan berdiri juga mempengaruhi kelestarian bangunan,. Tanah yang yang mempunyai sifat rentan terhadap factor air, daya dukungnya akan mudah menurun sehingga menyebabkan kondisi bangunan tidak stabil.


2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal atau lingkungan yang berpengaruh terhadap kerusakan dan pelapukan kayu adalah factor fisis – kimiawi ( iklim ),Air, Bencana alam, factor biologis ( mikroorganisme dan serangga ), dan manusia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di daerah katulistiwa yang beriklim tropis lembab yang mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau.Kondisi ini akan berpengaruh terhadap proses degradasi bangunan kayu yaitu terjadinya pelapukan iklim yang disebabkan oleh kombinasi komplek unsur kimia dan mekanis kayu dan energi cahaya
Suhu dan kelembapan yang tinggi dan selalu berubah ubah setiap saat akan menyebabkan kondisi kayu tidak stabil, yang akhirnya mengakibatkan terjadinya keretakan, pecah , melengkung dan sebagainya Selain itu tingginya curah hujan dapat menyebabkan kelembapan kayu dan lingkungan meningkat. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur dan serangan serangga pada kayu, yang akibat selanjutnya kayu akan mengalami kerapuhan.
Faktor eksternal sangat sulit dihindari terutama untuk bangunan kayu yang berada dialam terbuka. Untuk mengurang efek negative cara terabaik adalah melakukan pemeliharaan secara teratur.

C. Proses degradasi kayu
Proses degradasi bangunan kayu yang terjadi di Indonesia sangat bervariasi, dan dapat di kelompokan menjadi lima yaitu proses kerusakan secara mekanis , proses pelapukan secara fisis, proses pelapukan secara khemis, proses pelapukan secara biotis dan kerusakan yang disebabkan oleh factor manusia ( vandalisme ).
Faktor penyebab terjadinya proses degradasi kayu bisa tunggal dan bisa juga kombinasi dari berbagai factor baik internal maupun eksternal. Dibawah ini akan dijelaskan masing proses degradasi kayu dengan gejala dan akibatnya.

1, Proses kerusakan mekanis.
Kerusakan secara mekanis adalah jenis kerusakan yang disebabkan oleh gaya statis maupun gaya dinamis.Kerusakan mekanis akibat gaya statis adalah adanya kelelahan ( menurunya rasio kekuatan ). Menurunnya rasio kekuatan tersebut mungkin terjadi pada kayu yang sehat, tetapi bisa juga terjadi karena adanya factor lain ( biotis maupun non biotis ) sehingga rasio kekuatan kayu menurun, Gejala yang nampak pada kerusakan ini adalah retak, patah , melengkung. Sedangkan kerusakan mekanis akibat gaya dinamis antara lain disebabkan oleh gempa bumi atau getaran , sehingga bangunan mengalami kemiringan bahkan roboh.


2.Proses fisis – kimiawi
Kayu merupakan bahan organic yang terbentuk dari unsur unsur kimiawi berupa hemisellulosa, sellulosa, lignin serta zat ekstratif dan zat silica. Pelapukan kimiawi biasanya diawali dengan masuknya unsur air yang berlebihan kedalam kayu. Air tersebut dapat berasal dari rembesan air hujan dan juga air tanah.
Pelapukan secara fisis dan kimiawi dalam degradasi kayu sering bersamaan Pelapukan ini disebabkan oleh factor iklim ( suhu, airhujan / kapilarisasi air tanah , kelembaban, cahaya matahari ) dan adanya perubahan unsur kimia kayu. Gejala yang nampak adalah adanya retakan ,perubahan warna pada kayu , dan pembusukan

a. Degradasi oleh cahaya
Cahaya merupakan kisaran gelombang elektromagnit yang terdiri dari sinar ultra violet, sinar tampak dan sinar infra merah. Energi cahaya ini menyebabkan kayu yang halus menjadi kasar karena mengembangnya serat , kemudian retak dan tumbuh berkembang menjadi pecah. Cahaya tampak dan ultra violet mengubah warna kayu menjadi terang atau gelap tergantung pada spesies kayu. Mula mula warna kayu berubah menjadi pucat , abu abu kuning atau coklat karena beberapa komponen kimia pecah.Warna ini dipengaruhi oleh komposisi kayu dan factor tumbuh lainnya
b. Degradasi oleh pengaruh suhu dan kelembaban ekstrim
Suhu dapat mempengaruhi sisfat sifat struktur dan sifat kimia kayu.Perubahan sifat fisika misalnya pengurangan berat dan kekuatan ( hidrolisis asam dari sellulose . Perubahan srtuktur kayu terjadi karena adanya penyusutan dinding sel dalam dimensi dan skala yang cukup besar. Penyusustan ini menyebabkan volume pori menurun Dari kenaikan kenaikan suhu terjadi gaya penyusutan akibat pemuaian termal. Apabila penyusustan pada berbagai dinding sel berbeda maka akan terjadi retakan


3. Proses pelapukan biologis
Kayu dapat diserang oleh jasad hidup atau mikroorganisme. Jasad hidup yang merupakan agensia pelapuk kayu adalah serangga seperti rayap, kumbang bubuk, semut, tawon. Semua jenis serangga tersebut atau larvanya merusak kayu mula mula dengan proses mekanik pengeboran dan memakan zat pati.
Serangga menyerang kayu dengan tujuan ganda, untuk perlindungan dan mengganti kebutuhan makanan. Untuk hidup rayap ini tergantung pada selulose.Rayap rayap biasanya menghindari udara terbuka dan masuk kedalam kayu mula mula dengan proses pengeboran. Adanya rayap dalam kayu sering tidak diketahui, sehingga kayu yang dibagian dalamnya telah rusak, pada bagian luarnya masih kelihatan utuh, apabila tidak pecah oleh penyebab lain seperti pembusukan atau oleh perusakan secara mekanis.

Rayap menyerang kayu sering dari bawah tanah, terutama yang kondisinya lembab terus menerus. Rayap ini mudah menyerang kayu sehat atau kayu busuk yang ada diatas ataupun di dalam tanah lembab dan membuat saluran saluran terlindung atau lorong kembara yang terbuat dari tanah dan merupakan jalur mobilitas pulang pergi bagi rayap tanah dari sarangnya di dalam tanah menuju ke kayu dan sebaliknya.
Kayu yang terpendan dalam tanah tidak terlalu dalam ( dangkal ), dan tidak jenuh air ( lembab ) rentan terhadap serangan rayap dan berbagai species kumbang. Kumbang bubuk juga demikian, mencari pati yang terkandung didalam kayu sebagai sumber makanannya sehingga banyak lubang dan liang gerekan pada kayu. Kayu yang diserang rayap maupun kumbang bubuk akan rapuh dan kekuatannya menurun.

Agen penyebab degradasi kayu selain serangga juga berbagai jenis jamur ( jamur penoda , jamur pembusuk dan jamur pelapuk ).
Kayu yang memiliki kadar air diatas titik jenuh serat ( sekitar 30 % ), tetapi tidak jenuh seluruhnya atau berada pada lingkungan yang berkelembaban tinggi yang cukup lama atau berhubungan langsung dengan tanah lembab umumnya rentan terhadap serangan jamur. Jamur akan mengakibatkan kayu menjadi lunak , melapuk dan busuk.

Penyakit jamur dibagi menjadi kelompok kelompok berikut :
- Jamur pembusuk coklat
Mendegradasi polisakarida dan lignin., sehingga kayu menjadi coklat dan rapuh. Kebanyakan jamur pembusuk coklat menyerang kayu lunak dan menyebabkan kekuatan mekanik kayu berkurang.
- Jamur pembusuk putih.
Mendegradasi lignin dan polisakarida. Kayu yang terdegradasi menjadi putih dan lunak.. Kebanyakan jamur pembusuk putih lebih suka pada kayu keras. Kayu yang diserang jamur pembusuk putik sifat kekuatannya menurun
- Jamur pembusuk lunak
Mendegradasi lignin dan polisakarida. Laju degradasi untuk komponen masing masing berbeda diantara berbagai jamur pembusuk lunak.. Pembusuk lunak terdapat dalam kayu lunak dan kayu keras serta menghasilkan berbagai laju dalam penurunan sifat sifat kekuatan kayu.
- Kondisi yang diperlukan untuk perkembangan jamur pembusuk kayu adalah
a. Sumber energi dan bahan makanan yang cocok.
b. Kadar air kayu diatas titik jenuh serat kayu
c. Persediaan oksigen yang cukup
d. Suhu yang cocok
Kekurangan dalam salah satu persyaratan tersebut pertumbuhan jamur akan terhambat.
Selain jamur pembusuk juga sering dijumpai jamur kerak yang tumbuh pada permukaan kayu, jamur ini sangat mengganggu pandangan dan tidak begitu merusak kayu karena tahan hidup pada kelembaban yang rendah dan temperature tinggi


Bakteri juga dapat mendegradsi kayu, tatapi terbatas karena bakteri berkembang biak dengan pembelahan sel, dan tidak dapat bergerak dalam kayu kecuali kayu disimpan dalam air.
4. Kerusakan oleh factor manusia
Bentuk kerusakan yang ditimbulkan antara lain adalah berupa goresan benda tajam, corat coret, noda atau kotoran akibat sentuhan tangan /badan pada bagian tertentu bangunan kayu.